Tuesday, October 4, 2011

Keanekaragaman Kupu-kupu Suaka Elang

Pada tanggal 24 Juli - 1 Agustus 2011, Uni Konservasi Fauna (UKF) yang merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam bidang lingkungan hidup melakukan kegiatan dengan nama "Eksplorasi Kolaboratif". kegiatan ini bekerja sama dengan Suaka Elang (Raptor Sanctuary) dan Chevron - Human energy. Dilakukan berbagai kegiatan inventarisasi fauna diantaranya inventarisasi serangga. dalam hal ini, inventarisasi dilakukan hanya terbatas pada jenis Kupu-kupu saja. diantara jenis-jenis yang dijumpai, didapat sekitar 25 jenis yang berhasil teridentifikasi dari 5 Famili Kupu-Kupu. berikut daftar jenis yang berhasil dijumpai (pada tabel)


Famili
Spesies
Lokasi Dijumpai
jalur I
jalur II
jalur III
Nymphalidae
Cyrestis lutea
-
-

Euploea mulciber
-
-

Faunis canens
-

Hypolimnas bolina
-
-

Hypolimnas misippus
-
-

Ideopsis juventa
-

Junonia almana
-
-

Junonia atlites
-
-

Junonia erigone
-
-

Junonia orithya
-

Mycalesis  sp
-

Mycalesis horsrfieldi

Mycalesis mineus
-
-

Neptis hylas matula
-

Ypthima nigricans
-
-

Ypthima pandocus

Ypthima sp.
-





Hesperidae
Spesies 1*
-
-

Notocrypta paralysos
-
-

Potanthus omaha
-

Tagiades japetus
-
-





Pieridae
Eurema  hecabe
-

Eurema blanda
-
-





Lycaenidae
Jamides celeno
-

Prosotas dubiosa
-
-





Papilionidae
Papilio demoleous
-
-


































keterangan:
Jalur I,  jalur menuju air terjun dengan vegetasi dominan hutan pinus, dan hutan heterogen
jalur II, jalur tegakan sengon dan semak terbuka
jalur III, jalur persawahan dan semak terbuka

vegetasi hutan pinus mendominasi areal pengamatan Suaka Elang
Papan Orientasi yang dipajang tepat di depan pintu masuk Suaka Elang,
vegetasi semak terbuka dan hutan pinus merupakan yang dominan ditemukan di Suaka Elang
Tegakan pinus, sering digunakan sebagai areal berkemah bagi para pengunjung wisata

Areal persawahan di kaki Gunung Salak

Jalur Tegakkan sengon yang merupakan pintu masuk menuju areal Suaka Elang

berikut beberapa gambar Kupu-kupu di sekitar Suaka Elang,
 Ypthima horsfieldi
 Junonia atlites
 Eurema hecabe
 Faunis canens
 Hypolimnas bolina
 Hypolimnas misippus
 Pothantus omaha
Neptis hylas








 Jamides celeno

 ypthima pandocus
 Mycalesis sp.

 Tagiades japetus
 Junonia almana
 Eurema blanda
 Papilio demoleous
 Melanitis sp.
 Junonia Orithya
 Ideopsis Juventa
Cyrestis lutea







 Nyctemera coleta
Callidula evander






 Ypthima huebneri

Protura


Protura

Pendahuluan
Merupakan bagian dari kelompok Apterygota (Serangga tak bersayap)  Protura memiliki ukuran  kecil antara  0,5 sampai 2,5 mm jenis serangga ini sebenarnya tersebar di seluruh bagian bumi, namun masih terlihat sangat asing bagi manusia karena ukurannya yang kecil sehingga sulit dijumpai.  Diketahui bahwa walaupun Protura dimasukkan ke dalam kelompok Apterygota, sebenarnya Protura berasal dari nenek moyang serangga bersayap. Namun dalam perkembangan evolusinya mengalami reduksi pada bagian sayapnya. “kutu’ merupakan anggota dari Ordo Protura dengan sayap sekunder.
Protura tidak ditemukan sampai setelah pergantian abad, ketika mereka ditemukan dan direkam oleh dua ilmuwan yang berbeda secara mandiri. Filippo Sylvestri (Italia) merupakan orag yang pertama mendeskripsika Protura tahun 1907, sementara Berlese menjelaskan  beberapa spesies lebih lanjut pada tahun 1908 dan menerbitkan monografi tentang mereka pada tahun 1909. Sejak itu banyak dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Protura diantaranya yang telah dilakukan dan diterbitkan oleh Tuxen (1964 Protura) dan Janetschek (1970 Handbuch der Dalam Zoologie).
Karakteristik Fisik
karakteristik:
     * tanpa mata
     * Tidak ada antena
     *
Tanpa tentorium
Karakteristik lain:
     * Sangat kecil, kurang dari 2 mm panjang
     * Perut dengan 12 segmen
ketika dewasa (imago)
     * Mulut bagian entognathous
     * Absen cerci
     * Kaki 5-tersegmentasi
Ekologi
                Protura hidup terutama di tanah lembab, lumut dan serasah daun dari hutan beriklim lembab dan tidak terlalu asam, dapat juga ditemukan di bawah batu atau di bawah kulit pohon, serta di liang binatang. Umumnya dapat ditemukan pada kedalaman tanah  terbatas pada kedalaman 10 cm (3.9 in), namun  masih dapat  ditemukan sedalam 10 inci (250 mm). Karena ukurannya yang sangat kecil, Protura sering diabaikan kehadirannya, padahal kepadatan populasi kelompok ini dapat mencapai 90.000 individu per meter persegi.
Pola makan Protura tidak pasti, mereka makan jamur mikoriza, tungau mati, dan media tanam jamur budidaya, dan diperkirakan memakan sayuran dan jamur yang membusuk di alam liar. Bagian mulut styliform menunjukkan bahwa Protura merupakan pemakan cairan. Terdapat bukti bahwa beberapa spesies menyedot keluar isi dari hifa jamur.
Protura yang hidup di dekat permukaan tanah umumnya memiliki satu generasi per tahun dan memiliki kaki lebih panjang sementara mereka yang hidup lebih ke dalam memiliki kaki lebih pendek dan bereproduksi kurang musiman, meskipun ada juga spesies yang bermigrasi pindah ke lapisan lebih dalam untuk musim dingin dan lapisan dangkal selama musim panas.
Famili
 Sinentomon erythranum
Eosentomoidea
     Eosentomidea (berisi satu genus Eosentomon)
     Sinentomidea (
berisi satu spesies primitif (Sinentomon erythranum)
Acerenotomoidea
     Protentomidea (Berisi 3 genera Hesperentomon, Proturentomon dan Protentomon)
     Acerentomidea (Berisi 10 genera termasuk Acerentulus Acerella, Acerentomon dan Berberentulus)

Inventarisasi Serangga (Teknik Umum)


Teknik Umum
Banyak Metode maupun teknik yang diterapkan ketika akan mengamati serangga, berikut beberapa teknik dasar yang umum digunakan dalam pengamatan serangga,
·         Direct Sweeping

Teknik ini merupakan yang paling umum dan sering dilakukan oleh para kolektor untuk mencari dan mengumpulkan serangga. Peralatan yang digunakan sederhana. Selain peralatan dasar, peralatan tambahan ayng digunakan cukup dengan menggunakan jaring serangga. Pengumplan serangga dilakukan dengan cara menangkap langsung serangga-serangga dengan bantuan jaring. Metode pengamatan yang dilakukan mencakup metode transek baik mengikuti jalur maupun transek garis. Namun lebih sering digunakan metode transek jalur karena menyesuaikan dengan serangga yang memiliki mobilitas tinggi. 







·         Teknik Jebakan (Trapping)
Jebakan merupakan sebuah metode yang mampu menghalangi dan menghentikan pergerakan organisme. Metode jebakan sangat sering digunakan secara intensif dalam entomologi dengan menggunakan perangkat peralatan tertentu baik dengan umpan ataupun tidak maupun dengan atraktan. Bentuk maupun mekanisme jebakan bergantung dari pengetahuan kita tentang perilaku, makanan, maupun habitat serangga. Beberapa modifikasi banyak dilakukan oleh kolektor mengacu pada pertimbangan dasar ini. Hanya sedikit dari sekian banyak jenis-jenis  metode jebakan yang dijelaskan disini termasuk perangkat yang digunakannya.
Ketinggian tempat perangkat jebakan diletakkan terhadap permukaan tanah sangat penting diperhatikan karena dapt mempengaruhi performa perangkat jebakan tersebut, terutama untuk perangkap cahaya (Light Traps). Ketinggian optimum yang dikehendaki  masih belum diketahui pastinya dan masih menjadi perdebatan para ahli sampai saat ini karena sangat variabel dipengaruhi oleh serangga target, karkteristik habitat spesifik, ukuran dan warna dari jebakan yang mempengaruhi performanya.

1.       Windowpane Trap
Sederhana dan tidak terlalu mahal, peralatan yang digunakan yaitu sebuah barir penghalang yang dibuat dari pegangan kaca jendela atau lainnya kemudian ditaruh tegak lurus di atas tanah atau digantungkan. Bagian bawah dari jebakan ini disimpan bak penampung yang diisi dengan cairan pembunuh seperti alkohol atau lainnya sehingga ketika serangga-serangga terbang menuju kaca penghalang akan jatuh menuju bak dan mati. Serangga-serangga yang terkumpul dalam bak segera dicuci bersih dengan alkohol atau dikeringkan lalu diawetkan segera agar tidak rusak. Jenis metode jebakan ini kurang cocok untuk mengumpulkan jenis Lepidoptera dewasa ataupun serangga-serangga lainnya yang rusak apabila dikoleksi dalam cairan. 

2.       Interception Nets and Barriers
Lembaran jaring setinggi 1.8 meter dapat dibentangkan diantara tiga pohon atau patok sehingga membentuk huruf V dimana ujung yang melebar terbuka. Teknik ini dapat menjerat banyak jenis serangga-serangga terbang. Terutama bila jebakan dikombinasikan dengan menanamkan lampu/sumber cahaya yang menghadap pada sisi V yang terbuka dan disesuaikan dengan arah angin dimana bagian yang terbuka harus berlawanan dengan arah angin. 



3.       Malaise Trap
Merupakan modifikasi dari jenis Interception Nets yang lebih kompleks, didesain oleh seorang Entomologis  asal Swedia bernama Rene Malaise. Perangkat jebakan ini terdiri dari empat buah jaring vertikal yang dibentangkan pada sumbu yang sama masing-masing membentuk sudut 90 derajat satu sama lainnya. Bagian atasnya ditutup oleh kain yang berbentuk segiempat yang disesuaikan sedemikian rupa sehingga menuju pada satu outlet tabung pengumpul yang diletakkan pada ujung bagian atas tiang pada sumbu utama. Tabung pengumpul dapat diberikan cairan pembunuh ataupun atraktan, bergantung kebutuhan kolektor. Perangkap jebakan ini bekerja dengan mekanisme menjebak serangga-serangga yang cenderung bergerak ke atas pada satu outlet tabung pengumpul, dimana desain dari tabung pengumpul dibuat sedemikian rupa sehingga serangga-serangga dapat masuk namun tidak bias keluar dari tabung tersebut.



4.       Pittfall Trap
Jenis perangkat yang cukup sederhana namun efektif dan sangat berguna untuk menjerat serangga. Terdiri dari piring atau baskom kecil, kaleng atau bak kecil. Perangkat jebakan dibenamkan di dalam tanah dimana permukaan tanah sejajar dengan ujung atas bibir kaleng/bak yang berisi cairan alkohol atau etilen glikol sebagai agen pembunuh. Etilon glikol lebih banyak digunakan oleh kolektor karena tidak menguap seperti alkohol. bagian atas perangkat jebakan harus ditutup dengan sebuah cover atau pelindung lainnya untuk mencegah masuknya air hujan maupun vertebrata kecil jatuh ke sumur jebakan. 

Pitfall Trap juga dapat dimodifikasi dengan menambahkan umpan atau atraktan lainnya. jenis umpan atau atraktan disesuaikan dengan jenis serangga apa yang akan dijerat oleh kolektor. Pembahasan lebih jauh mengenai jenis-jenis umpan dan atraktan serta kegunaannya masing-masing akan dibahas lebih lanjut pada bagian lain.

5.       Light Traps
Light Trap atau perangkap cahaya pada dasarnya digunakan berdasarkan perilaku kebanyakan serangga yang tertarik akan sumber cahaya. Dapat digunakan pada berbagai panjang gelombang cahaya sebagai agen atraktan. Jenis-jenis variasi perangkat jebakan ini dapat dilengkapi dengan menggunakan corong yang mengarahkan pada bak pengumpulan koleksi (Gambar 1.12). kabel dan koneksi listrik harus disediakan untuk penggunaan outdoor. Corong atau bak penampng dapat dibuat dari metal, plastik, kayu atau Hard paper. Perangkat jebakan dapat dipasang dengan atau tanpa pelindung. Namun, jika digunakan untuk beberapa hari pelindung diperlukan untuk mencegah air hujan masuk. Pelindung bisa menggunakan bahan apa saja yang kuat dan kedap air.
New Jersey Trap  (gambar di atas) menggunakan tambahan alat berupa kipas motor listrik untuk mendesak segera serangga yang terjerat masuk ke bak pembunuh (killing Jar). Jenis perangkat ini terutama digunakan untuk serangga-serangga kecil seperti midges dan gnats (Agas). Tidak dianjurkan menggunakan jenis perangkat ini untuk menjerat ngengat, karena dapat merusak bagian tubuh ngengat saat jatuh ke bak yang berisi cairan pembunuh. Adapaun cara lain untuk mencegahnya yaitu dengan memasang kain kasa di atas bak agar serangga yang terjerat tidak langsung jatuh dan terbenam pada bak pembunuh, perangkat ini lebih dikenal dengan jenis Minnesota Trap. Perbedaanya, Minnesota Trap tidak menggunakan kipas angin seperti halnya New Jersey Trap.

Jenis modifikasi perangkap cahaya lainnya yaitu Light sheets (gambar disamping). secara prinsip tidak berbeda dengan jenis perangkap cahaya sbelumnya, hanya saja pada jenis perangkat ini menggunakan kain sebagai media penjerat serangga. Kain yang digunakan pada umunya berwarna cerah terutama putih. Kain dibentangkan tegak lurus terhadap permukaan tanah, lampu atau sumber cahaya diletakkan di salah satu sisi kain (sebaiknya ditaruh pada bagian yang tidak terkena angin secara langsung). Kain yang digunakan sebaiknya berbahan nilon karena ringan, mudah dicuci, dan mudah kering. Perangkat jebakan ini sering dipakai untuk menjerat jenis-jenis ngengat. Biasanya, serangga-serangga yang terjerat akan menempel pada permukaan kain yang seolah-olah menyala akibat modifikasi pencahayaan dari lampu.


6.       Color Traps
     Objek-objek berwarna juga dapat menjadi daya tarik bagi serangga. Bright yellow Pan (gambar 1.15) berisi air digunakan untuk menjerat kutu daun bersayap (Aphids) dan Himenoptera parasitoid. Serangga-serangga tertarik terhadap warna lalu jatuh ke air. Jebakan ini akan lebih efektif apabila ditambah sedikit deterjen pada air untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga serangga-serangga dapat segera tenggelam dan tidak dapat naik kembali ke permukaan. Kuning merupakan pilihan warna yang terbaik untuk dijadikan daya tarik. Manitoba Trap (Gambar 1.16) mempunyai lapisan hitam untuk menarik jenis lalat kuda (Tabanidae) yang kemudian dijerat dalam kubah kanopi jebakan.

7.       Jenis-jenis umpan dan atraktan lainnya
Bahan apa saja dapat digunakan sebagai agen daya tarik maupun umpan bagi serangga. Bahan alami, kimia, ataupun hasil sintesis dan hasil sekresi serangga dapat dipakai sebagai atraktan (Jacobson& Beroza 1964. Jacobson 1972). Berbagai macam jenis atraktan ditemukan pada berbagai jenis perangkat jebakan.
·         Sugaring
Sugaring atau penambahan gula merupakan cara lama yang sudah digunakan secara umum oleh para kolektor. Secara sederhana, bahan gula seperti gula aren, molase, atau sirup dapat ditambahkan. Contoh sederhana dari persiapan bahan gula adalah pembuatan umpan untuk menarik Lepidoptera (Kupu-kupu dan Ngengat). Bahan yang digunakan terdiri dari buah peach (persik) segar atau yang telah jatuh dari pohonnya dipotong-potong lalu bijinya dibuang sedangakn kulitnya dibiarkan tetap utuh., hancurkan sampai menjadi bubur kemudian campurkan dengan 4 liter air dan segelas kecil gula aren. Diamkan ditempat hangat dan kedap udara untuk difermentasi. Setelah beberapa minggu periksa sampai berubah menjadi alkohol. cek terus keadaan fermentasi. Jika tercium bau cuka, bahan fermentasi bersifat asam dan kurang baik, tambahkan lagi sedikit gula untuk merangsang proses fermentasi kembali agar dikonversi menjadi alkohol kembali. Setelah bahan terfermentasi sempurna, campurkan dengan sedikit molase kira-kira 0.4 kg per liter bahan secara merata. Bahan ini siap digunakan sebagai atraktan pada berbagi jenis perangkat jebakan.
Meskipun terlihat cukup sulit dalam membuatnya, namun bahan hasil fermentasi dapat bertahan sangat lama jika disimpan pada tempat yang baik. Juga dapat digunakan berkali-kali karena hanya butuh sedikit saja.
·         Feces
Feces atau kotoran baik hewan maupun manusia dapat juga berperan sebagi atraktan bagi serangga. Metode yang sederhana namun efektif adalah dengan menempatkan kotoran segar pada sehelai kertas di atas permukaan tanah lalu biarkan beberapa menit. Sebuah jaring diletakkan kira-kira 1 meter di atas umpan untuk menjerat serangga-serangga yang mengerumuni kotoran;. Dapat pula diterapkan pada Pittfall Trap dan Cereal Dish Trap. Spesimen yang terambil dapat dikumpulkan dengan tangan, aspirator, ataupun Killing Jar.
·         Oatmeal
Oatmeal atau bubur gandum dapat digunakan untuk menarik serangga-serangga tertentu seperti jangkrik, kecoak, dan semut (Hubbell, 1956). Beberapa dari jenis serangga ini keluar pada malam hari, oleh karena itu lebih baik diterapkan bersamaan dengan bantuan pencahayaan dari lampu atau flashlight. Spesimen yang terambil dapat dikumpulkan dengan tangan, aspirator, ataupun Killing Jar.